Monday, June 4, 2012

10 Tips Keuangan Untuk Pengantin Baru



Jika postingan sebelumnya mengenai Perencanaan Keuangan untuk mempersiapkan Pernikahan, maka pada postingan kali ini akan mengenai Tips-tips keuangan untuk pengantin baru.

Enjoy!


Jika Anda baru saja menikah, Selamat! Anda telah membawa perubahan yang luar biasa dalam hidup anda, dan cepat atau lambat anda akan segera menyadari bahwa salah satu perubahan yang paling drastis dan penting melibatkan uang.

Mengelola keuangan pada saat bujangan dan menikah sangatlah berbeda, saat setelah menikah banyak perubahan pola pikir keuangan yang harus dilakukan. Dari berbagi rekening bank, menetapkan tujuan keuangan, asuransi yang dibutuhkan, dan masih banyak lagi yang harus dibicarakan. Dan karena uang merupakan hal yang cukup emosional – dan salah satu penyebab utama perceraian – keberhasilan pernikahan Anda juga dapat ditentukan oleh kebiasaan keuangan yang Anda dan pasangan bangun sejak awal.

Untuk membangun start yang baik, ada 10 langkah untuk mulai menggabungkan keuangan anda

1 | Mulai Menabung

Anda mungkin telah memakai menghabiskan seluruh tabungan untuk melangsungkan pernikahan. Nah sekarang adalah waktu untuk membangunnya kembali. Untuk awal kumpulkan paling tidak sebanyak 6 bulan pengeluaran bulanan sebagai dana darurat. Selain itu mulai juga perencanaan pensiun anda dari tempat kerja dengan menginvestasikan uang anda dalam portofolio yang terdiversifikasi sesuai dengan tujuan keuangan keluarga.

2 | Ucapkan selamat tinggal pada rekening terpisah

Ketika telah menikah, uang bukan milikmu atau milikku tapi milik berdua. Buatlah satu rekening giro atau tabungan untuk tujuan keuangan bersama.


3 | Update penerima manfaat

Ubah semua penerima manfaat pada polis asuransi, program pensiun, reksadana, dan surat berharga lainnya dengan nama pasangan anda. Hal ini sebenarnya tidak mutlak dilakukan, terutama apabila anda dan pasangan belum mempunyai anak. Namun terkadang sangat diperlukan, terutama apabila anda tidak punya orang lain lagi untuk dipercaya.

4 | Hutang

Jika pasangan anda belum tahu menahu tentang utang anda, hal tersebut lebih baik dibicarakan. Dengan itu Anda dapat memutuskan bagaimana Anda berdua akan melunasi pinjaman tersebut

5 | Cari tahu kemana uang anda habis

Anda dan pasangan bekerja sama untuk melacak pengeluaran keluarga. Lebih mudah untuk melakukan evaluasi dan mencapai tujuan keuangan bila Anda mengerti dengan seksama kemana saja uang anda dihabiskan dan pola pengeluaran anda.

6 | Buatlah kesepakatan tentang pengeluaran keluarga

Seperti layaknya lajang, Anda berdua pasti telah mendapatkan dan menghabiskan uang selama bertahun-tahun tanpa berkonsultasi siapa pun. Sayangnya hari-hari tersebut akan berakhir setelah menikah. Bisa dicoba untuk mendiskusikan dengan pasangan tentang pendekatan dan kebiasaan Anda untuk menangani uang. Apakah satu orang pemboros dan satu lagi hemat? Buatlah aturan untuk menangani perbedaan, mungkin menetapkan batas pengeluaran bulanan untuk setiap orang atau menjanjikan untuk menyimpan sejumlah tertentu setiap bulan untuk mencapai suatu tujuan bersama.

7 | Prioritaskan pembelian.

Bagian dari menikah berarti bersama-sama memutuskan bagaimana membelanjakan uang Anda. Buatlah daftar pembelian yang akan datang – biaya sekolah anak, rumah, mobil, furnitur ruangan atau hewan peliharaan – dan memprioritaskan mereka daripada pengeluaran lain.

8 | Konsolidasi kartu kredit Anda.

Hindari memiliki kartu kredit lebih dari yang Anda butuhkan. Hal ini juga membuat lebih mudah untuk melacak pengeluaran rumah tangga.

9 | Beli asuransi jiwa.

Jika Anda perlu kedua dari pendapatan Anda untuk membayar pengeluaran bulanan Anda – dan sebagian besar pasangan melakukan – pastikan Anda berdua memiliki asuransi jiwa yang cukup untuk saling melindungi. Hal ini mutlak dilakukan apabila anda berdua sudah mempunyai tanggungan, misalnya anak atau orang tua.

10 | Mengatur dokumen.

Pastikan Anda berdua tahu di mana dokumen penting disimpan. Ini termasuk akte kelahiran dan pernikahan, kartu Jaminan Sosial, bank dan informasi rekening investasi, dan catatan pajak. Hal ini memudahkan kita untuk mencari dokumen tersebut saat dibutuhkan.






PERENCANAAN KEUANGAN UNTUK PERNIKAHAN






Hello, My Wedding Day!

Menjelang momen penting ini tiba, nggak cuma mental dan fisik yang kudu disiapkan, tapi juga dana besar—duh!

Akhirnya saat yang kita tunggu-tunggu tiba: si dia siap berkomitmen dan resmi melamar! Namun belum sempat mewujudkan pesta pernikahan sesuai impian, kita tersadar kalau tabungan masih pas-pasan banget. Mau meminta ortu membiayai semua, kok, rasanya nggak enak banget.

Makanya, sebelum momen sakral yang bakal kita kenang seumur hidup itu berkurang euforianya karena masalah dana, kita kudu menyiapkannya dari sekarang. Jangan tunggu sampai si dia mengeluarkan kalimat sakti ‘Will you marry me?’ untuk mulai menabung, ah!

Mulai dari Sekarang

Tabungan pernikahan sebaiknya disiapkan sejak pertama kali kita memiliki pekerjaan dan gaji tetap. Nggak terkecuali buat kita yang masih jomblo.

Tidak perlu menunggu ketika kita sudah memiliki pasangan untuk menyiapkan dana pernikahan. Selama kita berkeinginan untuk menikah, tabungan ini penting disiapkan. Idealnya, kita menyiapkan tabungan menikah sejak pertama kali bekerja dan mendapat gaji tetap. Besarnya maksimal bisa 30% penghasilan. Atau jika belum sempat menabung, lakukan minimal dua tahun sebelum menikah.

Kalau merasa mengandalkan tabungan di bank saja nggak cukup, kita bisa mencoba berinvestasi. Namun, sesuaikan dengan jangka waktu rencana pernikahan kita.

Tentukan rencana untuk menikah berapa tahun lagi, berapa anggarannya pada saat ini dan berapa nilainya nanti setelah dihitung dengan inflasi.Jika rencana pernikahan kita masih dua tahun lagi, investasikan di logam mulia. Jika 2-3 tahun, pilih reksadana pendapatan tetap. Lalu, untuk 4-5 tahun pilih reksadana campuran. Nah, jika masih di atas lima tahun atau malah belum jelas, kita bisa pilih reksadana saham.

Tabungan ini juga harus tetap dibuat meskipun kita yakin keluarga akan membiayai pesta pernikahan kita. Soalnya, belum tentu beberapa tahun ke depan keluarga kita masih mampu membiayai.

Kita tidak bisa tahu kondisi ke depan. Bisa saja menjelang pernikahan, terjadi musibah yang membuat orangtua tidak bisa membiayai resepsi. Itulah sebabnya tabungan pernikahan ini menjadi sangat penting disiapkan sedini mungkin. Lagi pula, semakin besar bantuan orangtua, semakin besar juga campur tangan mereka.

Survei = Wajib

Dalam menyiapkan tabungan pernikahan, jangan sampai kita mengawang-awang alias nggak tahu jumlah pasti dana yang dibutuhkan. Makanya, kita kudu bisa mengira-ngira dari sekarang dan survei biaya yang akan dikeluarkan dengan menentukan jumlah undangan atau harga katering per porsinya.

Setelah itu, kita perlu melakukan survei dengan mengunjungi wedding fair atau bertanya kepada teman yang sedang mempersiapkan pernikahan. Survei ini sangat penting, selain bikin kita tahu vendor yang memberikan harga termurah, kita juga bisa mengetahui kenaikan harga per tahunnya.

Kita akan mengetahui besarnya kenaikan harga per tahun dengan melakukan survei sehingga bisa memperkirakan harga pasaran saat kita menikah nanti. Misalnya, harga gedung tahun ini Rp 11 juta, sedangkan tahun lalu Rp 10 juta, terlihat bahwa kenaikan per tahun Rp 1 juta atau 10% pertahun. Jika kita ingin menikah lima tahun lagi, siapkan dana sekitar Rp 16,1juta .

Before Getting Married…

Masalah finansial memang sensitif banget buat dibicarakan. Namun, sebelum menikah justru kita harus terbuka satu sama lain mengenai:

Penghasilan dan pengeluaran
Kita berdua harus tahu besarnya penghasilan plus pengeluaran wajib yang dihabiskan masing-masing setiap bulannya. Dengan begitu, kita bisa lebih mudah menyusun rencana keuangan bersama.

Utang
Jika salah satu dari kita memiliki utang, jelaskan rinciannya agar tidak menjadi masalah setelah menikah. Sebaiknya selesaikan urusan utang secara pribadi agar tidak memberatkan pasangan.

Boros atau Hemat?
Memang, sih, sifat ini sudah bisa terlihat dari kebiasaan kita selama pacaran. Namun, tetap saja kita harus saling menjelaskan kebiasaan finansial kita kepada si dia—begitu juga sebaliknya. Cari tahu apa yang bisa membuat kita berdua boros, misalnya untuk urusan otomotif atau konser.

Perjanjian Pranikah

Sudah jadi rahasia umum kalau pasangan yang bercerai sering ribet urusan pembagian harta gono-gini. Untuk menghindari hal ini terjadi, kita perlu membuat perjanjian pranikah yang disahkan notaris. Bukan berarti kita berpikir akan bercerai, tapi pencegahan selalu lebih baik, tuh!

Ketika menikah, harta, warisan, dan utang yang dimiliki masing-masing individu akan dianggap sebagai milik bersama. Dengan adanya perjanjian pranikah, kita bisa menegaskan kalau harta dan utang bawaan masing-masing akan tetap menjadi milik individu. Perjanjian ini bisa diubah sewaktu-waktu sesuai kesepakatan bersama.

Selain itu, kita juga bisa menambahkan poin tentang anak di dalam perjanjian pranikah, seperti siapa yang akan membiayai pendidikan atau siapa yang berhak mengasuh anak ketika terjadi perceraian. Kita juga bisa memasukkan poin larangan melakukan KDRT. Lebih aman, kan?

It’s a BIG No No!

Pinjam ke Bank
Memang, sih, kita pasti pengen banget melangsungkan pernikahan sesuai impian . Tapi jangan sampai keinginan itu membuat kita berani meminjam uang ke bank atau menggunakan kartu kredit. Bunga yang harus kita bayar nggak sebanding dengan resepsi selama beberapa jam. Bisa-bisa setelah bertahun-tahun menikah kita masih harus menanggung utang biaya resepsi, tuh.

Tabungan Bersama
Selama status kita dan si dia masih pacaran, jangan pernah membuka rekening gabungan. Hal ini untuk menghindari masalah jika hubungan kita putus di tengah jalan. Lebih aman jika kita membuka rekening dengan nama masing-masing. Yang penting, kita berdua punya tujuan menabung yang sama, yaitu untuk menikah.

After the Wedding Day

Saat menyiapkan bujet pernikahan, jangan sampai kita dan pasangan tidak menguras semua isi tabungan. Karena itu, pastikan di tabungan kita masih ada dana untuk membayar DP KPR dan atau enam kali pengeluaran bulanan bersama untuk mempersiapkan beberapa hal berikut:

Tempat Tinggal
Memiliki tempat tinggal menjadi hal yang sangat penting bagi pasangan yang telah menikah. Jangan sampai selamanya kita menetap di rumah ortu atau mertua. Karena itu, buatlah tabungan untuk membiayai pembelian atau kredit tempat tinggal. Hal ini wajib diutamakan sebelum kita berniat membeli kendaraan pribadi.

Anak
Sebelum menyiapkan tabungan untuk anak, kompromikan dulu dengan pasangan tentang jumlah anak yang diinginkan. Setelah itu, kita bisa mengatur bujetnya bersama. Bukan cuma biaya persalinan saja yang harus kita siapkan, melainkan juga biaya sampai si anak lulus kuliah. Karena itu, lakukan survei mengenai biaya sekolah sejak kita memutuskan ingin memiliki anak dan mulailah berinventasi.

Asuransi Jiwa
Setelah memiliki anak, kita bisa menyisihkan dana untuk membayar asuransi jiwa. Hal ini bertujuan menjamin masa depan anak jika kita atau suami meninggal dunia.


Sumber: http://pandji-harsanto.com/2012/05/22/perencanaan-keuangan-untuk-pernikahan/#more-1006

Monday, February 13, 2012

Fresh Graduate Ditanya Gaji? Siapa Takut!


Setelah lulus sekolah baik dari SMK maupun dari Perguruan Tinggi, pelajar mempunyai dua pilihan untuk melanjutkan karirnya. Yang pertama adalahberwirausaha, dan yang kedua adalah menjadi karyawan. Saya tidak memperdebatkan mana yang lebih baik dari kedua pilihan tersebut, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan  masing-masing.
Dalam hal ini EXPERD  consultant membahas bagaimana tips mencari pekerjaan dan menata karir. Berikut poin-poin yang ada:
yang Pertama, mendapatkan pekerjaan bagi fresh graduated mulailah rajin melamar pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan yang anda miliki. Lowongan itu bisa di dapat dari koran, internet maupun dari milis milis pencari kerja. Perluas networking anda dengan dengan para alumni di sekolah anda bukan tidak mungkin anda mendapat info lowongan kerja dari mereka.
yang Kedua, Sebelum menghadapi wawancara cari tahu tentang perusahaan yang memanggil anda maupun posisi yang anda lamar, kenakan busana yang nyaman dan sesuai dengan konteks dunia kerja, juallah diri anda pada pewawancara tonjolkan kelebihan anda dan yang terpenting jadilah diri anda sendiri.
yang Ketiga, HRD biasanya dalam interview akan bertanya tentang gaji, motivasi, dan tujuan ke depannya. Berkaitan dengan motivasi dan tujuan kita kedepan tentunya harus yang mengarah positif dan juga berkaitan dnegan pengembangan perusahaan dan diri kita sendiri, misalnya kita ingin lebih mengembangkan diri dibidang apa dan juga ingin mencapai level apa dalam pekerjaan. Tentunya dalam menjawab pertanyaan ini, bisa saja atasan akan mengetahui kekurangan kita, oleh karenanya kita perlu menyampaikannya dengan hati-hati dan tetep dengan optimis dan bahasa yang positif.
yang Keempat adalah masalah Gaji. Sebelum kita maju interview ada baiknya kita bertanya kepada rekan-rekan seprofesi atau sejenis berapa range gaji di pasaran. Atau anda bisa lihat di panduan gaji yang diterbitkan oleh pihak terkait.
Agar lebih mudah, cantumkan gaji yang anda inginkan dalam bentuk range gaji. Ambil titik terendah dan titik tertinggi jumlah gaji yang anda inginkan dan negosiasikan untuk angka diantaranya. Katakanlah dari hasil survey Anda ternyata rentang salary standar yang berlaku untuk job position yang Anda minati adalah antara Rp 3jt-Rp 3,5 jt, berarti ketika Anda menuliskan di formulir job application adalah angka yang berada di rentang tersebut. Dari angka yang Anda tuliskan nanti jangan sampai Anda ''banting harga'' sekali (mengacu pada contoh kasus: Rp3 jt), seakan-akan Anda mengisyaratkan bahwa value Anda rendah, tapi sebaiknya juga jangan mematok angka yang paling tinggi (mengacu pada contoh kasus: Rp 3,5 jt), karena bisa saja company jadi lebih ''melirik'' kandidat yang bersedia mendapat salary yang lebih rendah. Kecuali bila secara kualifikasi Anda memang betul2 di atas rata-rata atau boleh juga tambahkan keterangan di belakang jumlah gaji yang Anda minta: NEGOTIABLE (berarti Anda terbuka untuk menegosiasikan kembali jumlah gaji Anda). Angka yang cukup aman adalah di pertengahan rate salary standarnya, dalam contoh kasus di atas: Rp 3.2 jt, atau Rp 3,3 jt. Good luck!

-- link asli http://t.co/SlNiATS4