Monday, June 4, 2012

10 Tips Keuangan Untuk Pengantin Baru



Jika postingan sebelumnya mengenai Perencanaan Keuangan untuk mempersiapkan Pernikahan, maka pada postingan kali ini akan mengenai Tips-tips keuangan untuk pengantin baru.

Enjoy!


Jika Anda baru saja menikah, Selamat! Anda telah membawa perubahan yang luar biasa dalam hidup anda, dan cepat atau lambat anda akan segera menyadari bahwa salah satu perubahan yang paling drastis dan penting melibatkan uang.

Mengelola keuangan pada saat bujangan dan menikah sangatlah berbeda, saat setelah menikah banyak perubahan pola pikir keuangan yang harus dilakukan. Dari berbagi rekening bank, menetapkan tujuan keuangan, asuransi yang dibutuhkan, dan masih banyak lagi yang harus dibicarakan. Dan karena uang merupakan hal yang cukup emosional – dan salah satu penyebab utama perceraian – keberhasilan pernikahan Anda juga dapat ditentukan oleh kebiasaan keuangan yang Anda dan pasangan bangun sejak awal.

Untuk membangun start yang baik, ada 10 langkah untuk mulai menggabungkan keuangan anda

1 | Mulai Menabung

Anda mungkin telah memakai menghabiskan seluruh tabungan untuk melangsungkan pernikahan. Nah sekarang adalah waktu untuk membangunnya kembali. Untuk awal kumpulkan paling tidak sebanyak 6 bulan pengeluaran bulanan sebagai dana darurat. Selain itu mulai juga perencanaan pensiun anda dari tempat kerja dengan menginvestasikan uang anda dalam portofolio yang terdiversifikasi sesuai dengan tujuan keuangan keluarga.

2 | Ucapkan selamat tinggal pada rekening terpisah

Ketika telah menikah, uang bukan milikmu atau milikku tapi milik berdua. Buatlah satu rekening giro atau tabungan untuk tujuan keuangan bersama.


3 | Update penerima manfaat

Ubah semua penerima manfaat pada polis asuransi, program pensiun, reksadana, dan surat berharga lainnya dengan nama pasangan anda. Hal ini sebenarnya tidak mutlak dilakukan, terutama apabila anda dan pasangan belum mempunyai anak. Namun terkadang sangat diperlukan, terutama apabila anda tidak punya orang lain lagi untuk dipercaya.

4 | Hutang

Jika pasangan anda belum tahu menahu tentang utang anda, hal tersebut lebih baik dibicarakan. Dengan itu Anda dapat memutuskan bagaimana Anda berdua akan melunasi pinjaman tersebut

5 | Cari tahu kemana uang anda habis

Anda dan pasangan bekerja sama untuk melacak pengeluaran keluarga. Lebih mudah untuk melakukan evaluasi dan mencapai tujuan keuangan bila Anda mengerti dengan seksama kemana saja uang anda dihabiskan dan pola pengeluaran anda.

6 | Buatlah kesepakatan tentang pengeluaran keluarga

Seperti layaknya lajang, Anda berdua pasti telah mendapatkan dan menghabiskan uang selama bertahun-tahun tanpa berkonsultasi siapa pun. Sayangnya hari-hari tersebut akan berakhir setelah menikah. Bisa dicoba untuk mendiskusikan dengan pasangan tentang pendekatan dan kebiasaan Anda untuk menangani uang. Apakah satu orang pemboros dan satu lagi hemat? Buatlah aturan untuk menangani perbedaan, mungkin menetapkan batas pengeluaran bulanan untuk setiap orang atau menjanjikan untuk menyimpan sejumlah tertentu setiap bulan untuk mencapai suatu tujuan bersama.

7 | Prioritaskan pembelian.

Bagian dari menikah berarti bersama-sama memutuskan bagaimana membelanjakan uang Anda. Buatlah daftar pembelian yang akan datang – biaya sekolah anak, rumah, mobil, furnitur ruangan atau hewan peliharaan – dan memprioritaskan mereka daripada pengeluaran lain.

8 | Konsolidasi kartu kredit Anda.

Hindari memiliki kartu kredit lebih dari yang Anda butuhkan. Hal ini juga membuat lebih mudah untuk melacak pengeluaran rumah tangga.

9 | Beli asuransi jiwa.

Jika Anda perlu kedua dari pendapatan Anda untuk membayar pengeluaran bulanan Anda – dan sebagian besar pasangan melakukan – pastikan Anda berdua memiliki asuransi jiwa yang cukup untuk saling melindungi. Hal ini mutlak dilakukan apabila anda berdua sudah mempunyai tanggungan, misalnya anak atau orang tua.

10 | Mengatur dokumen.

Pastikan Anda berdua tahu di mana dokumen penting disimpan. Ini termasuk akte kelahiran dan pernikahan, kartu Jaminan Sosial, bank dan informasi rekening investasi, dan catatan pajak. Hal ini memudahkan kita untuk mencari dokumen tersebut saat dibutuhkan.






PERENCANAAN KEUANGAN UNTUK PERNIKAHAN






Hello, My Wedding Day!

Menjelang momen penting ini tiba, nggak cuma mental dan fisik yang kudu disiapkan, tapi juga dana besar—duh!

Akhirnya saat yang kita tunggu-tunggu tiba: si dia siap berkomitmen dan resmi melamar! Namun belum sempat mewujudkan pesta pernikahan sesuai impian, kita tersadar kalau tabungan masih pas-pasan banget. Mau meminta ortu membiayai semua, kok, rasanya nggak enak banget.

Makanya, sebelum momen sakral yang bakal kita kenang seumur hidup itu berkurang euforianya karena masalah dana, kita kudu menyiapkannya dari sekarang. Jangan tunggu sampai si dia mengeluarkan kalimat sakti ‘Will you marry me?’ untuk mulai menabung, ah!

Mulai dari Sekarang

Tabungan pernikahan sebaiknya disiapkan sejak pertama kali kita memiliki pekerjaan dan gaji tetap. Nggak terkecuali buat kita yang masih jomblo.

Tidak perlu menunggu ketika kita sudah memiliki pasangan untuk menyiapkan dana pernikahan. Selama kita berkeinginan untuk menikah, tabungan ini penting disiapkan. Idealnya, kita menyiapkan tabungan menikah sejak pertama kali bekerja dan mendapat gaji tetap. Besarnya maksimal bisa 30% penghasilan. Atau jika belum sempat menabung, lakukan minimal dua tahun sebelum menikah.

Kalau merasa mengandalkan tabungan di bank saja nggak cukup, kita bisa mencoba berinvestasi. Namun, sesuaikan dengan jangka waktu rencana pernikahan kita.

Tentukan rencana untuk menikah berapa tahun lagi, berapa anggarannya pada saat ini dan berapa nilainya nanti setelah dihitung dengan inflasi.Jika rencana pernikahan kita masih dua tahun lagi, investasikan di logam mulia. Jika 2-3 tahun, pilih reksadana pendapatan tetap. Lalu, untuk 4-5 tahun pilih reksadana campuran. Nah, jika masih di atas lima tahun atau malah belum jelas, kita bisa pilih reksadana saham.

Tabungan ini juga harus tetap dibuat meskipun kita yakin keluarga akan membiayai pesta pernikahan kita. Soalnya, belum tentu beberapa tahun ke depan keluarga kita masih mampu membiayai.

Kita tidak bisa tahu kondisi ke depan. Bisa saja menjelang pernikahan, terjadi musibah yang membuat orangtua tidak bisa membiayai resepsi. Itulah sebabnya tabungan pernikahan ini menjadi sangat penting disiapkan sedini mungkin. Lagi pula, semakin besar bantuan orangtua, semakin besar juga campur tangan mereka.

Survei = Wajib

Dalam menyiapkan tabungan pernikahan, jangan sampai kita mengawang-awang alias nggak tahu jumlah pasti dana yang dibutuhkan. Makanya, kita kudu bisa mengira-ngira dari sekarang dan survei biaya yang akan dikeluarkan dengan menentukan jumlah undangan atau harga katering per porsinya.

Setelah itu, kita perlu melakukan survei dengan mengunjungi wedding fair atau bertanya kepada teman yang sedang mempersiapkan pernikahan. Survei ini sangat penting, selain bikin kita tahu vendor yang memberikan harga termurah, kita juga bisa mengetahui kenaikan harga per tahunnya.

Kita akan mengetahui besarnya kenaikan harga per tahun dengan melakukan survei sehingga bisa memperkirakan harga pasaran saat kita menikah nanti. Misalnya, harga gedung tahun ini Rp 11 juta, sedangkan tahun lalu Rp 10 juta, terlihat bahwa kenaikan per tahun Rp 1 juta atau 10% pertahun. Jika kita ingin menikah lima tahun lagi, siapkan dana sekitar Rp 16,1juta .

Before Getting Married…

Masalah finansial memang sensitif banget buat dibicarakan. Namun, sebelum menikah justru kita harus terbuka satu sama lain mengenai:

Penghasilan dan pengeluaran
Kita berdua harus tahu besarnya penghasilan plus pengeluaran wajib yang dihabiskan masing-masing setiap bulannya. Dengan begitu, kita bisa lebih mudah menyusun rencana keuangan bersama.

Utang
Jika salah satu dari kita memiliki utang, jelaskan rinciannya agar tidak menjadi masalah setelah menikah. Sebaiknya selesaikan urusan utang secara pribadi agar tidak memberatkan pasangan.

Boros atau Hemat?
Memang, sih, sifat ini sudah bisa terlihat dari kebiasaan kita selama pacaran. Namun, tetap saja kita harus saling menjelaskan kebiasaan finansial kita kepada si dia—begitu juga sebaliknya. Cari tahu apa yang bisa membuat kita berdua boros, misalnya untuk urusan otomotif atau konser.

Perjanjian Pranikah

Sudah jadi rahasia umum kalau pasangan yang bercerai sering ribet urusan pembagian harta gono-gini. Untuk menghindari hal ini terjadi, kita perlu membuat perjanjian pranikah yang disahkan notaris. Bukan berarti kita berpikir akan bercerai, tapi pencegahan selalu lebih baik, tuh!

Ketika menikah, harta, warisan, dan utang yang dimiliki masing-masing individu akan dianggap sebagai milik bersama. Dengan adanya perjanjian pranikah, kita bisa menegaskan kalau harta dan utang bawaan masing-masing akan tetap menjadi milik individu. Perjanjian ini bisa diubah sewaktu-waktu sesuai kesepakatan bersama.

Selain itu, kita juga bisa menambahkan poin tentang anak di dalam perjanjian pranikah, seperti siapa yang akan membiayai pendidikan atau siapa yang berhak mengasuh anak ketika terjadi perceraian. Kita juga bisa memasukkan poin larangan melakukan KDRT. Lebih aman, kan?

It’s a BIG No No!

Pinjam ke Bank
Memang, sih, kita pasti pengen banget melangsungkan pernikahan sesuai impian . Tapi jangan sampai keinginan itu membuat kita berani meminjam uang ke bank atau menggunakan kartu kredit. Bunga yang harus kita bayar nggak sebanding dengan resepsi selama beberapa jam. Bisa-bisa setelah bertahun-tahun menikah kita masih harus menanggung utang biaya resepsi, tuh.

Tabungan Bersama
Selama status kita dan si dia masih pacaran, jangan pernah membuka rekening gabungan. Hal ini untuk menghindari masalah jika hubungan kita putus di tengah jalan. Lebih aman jika kita membuka rekening dengan nama masing-masing. Yang penting, kita berdua punya tujuan menabung yang sama, yaitu untuk menikah.

After the Wedding Day

Saat menyiapkan bujet pernikahan, jangan sampai kita dan pasangan tidak menguras semua isi tabungan. Karena itu, pastikan di tabungan kita masih ada dana untuk membayar DP KPR dan atau enam kali pengeluaran bulanan bersama untuk mempersiapkan beberapa hal berikut:

Tempat Tinggal
Memiliki tempat tinggal menjadi hal yang sangat penting bagi pasangan yang telah menikah. Jangan sampai selamanya kita menetap di rumah ortu atau mertua. Karena itu, buatlah tabungan untuk membiayai pembelian atau kredit tempat tinggal. Hal ini wajib diutamakan sebelum kita berniat membeli kendaraan pribadi.

Anak
Sebelum menyiapkan tabungan untuk anak, kompromikan dulu dengan pasangan tentang jumlah anak yang diinginkan. Setelah itu, kita bisa mengatur bujetnya bersama. Bukan cuma biaya persalinan saja yang harus kita siapkan, melainkan juga biaya sampai si anak lulus kuliah. Karena itu, lakukan survei mengenai biaya sekolah sejak kita memutuskan ingin memiliki anak dan mulailah berinventasi.

Asuransi Jiwa
Setelah memiliki anak, kita bisa menyisihkan dana untuk membayar asuransi jiwa. Hal ini bertujuan menjamin masa depan anak jika kita atau suami meninggal dunia.


Sumber: http://pandji-harsanto.com/2012/05/22/perencanaan-keuangan-untuk-pernikahan/#more-1006

Monday, February 13, 2012

Fresh Graduate Ditanya Gaji? Siapa Takut!


Setelah lulus sekolah baik dari SMK maupun dari Perguruan Tinggi, pelajar mempunyai dua pilihan untuk melanjutkan karirnya. Yang pertama adalahberwirausaha, dan yang kedua adalah menjadi karyawan. Saya tidak memperdebatkan mana yang lebih baik dari kedua pilihan tersebut, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan  masing-masing.
Dalam hal ini EXPERD  consultant membahas bagaimana tips mencari pekerjaan dan menata karir. Berikut poin-poin yang ada:
yang Pertama, mendapatkan pekerjaan bagi fresh graduated mulailah rajin melamar pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan yang anda miliki. Lowongan itu bisa di dapat dari koran, internet maupun dari milis milis pencari kerja. Perluas networking anda dengan dengan para alumni di sekolah anda bukan tidak mungkin anda mendapat info lowongan kerja dari mereka.
yang Kedua, Sebelum menghadapi wawancara cari tahu tentang perusahaan yang memanggil anda maupun posisi yang anda lamar, kenakan busana yang nyaman dan sesuai dengan konteks dunia kerja, juallah diri anda pada pewawancara tonjolkan kelebihan anda dan yang terpenting jadilah diri anda sendiri.
yang Ketiga, HRD biasanya dalam interview akan bertanya tentang gaji, motivasi, dan tujuan ke depannya. Berkaitan dengan motivasi dan tujuan kita kedepan tentunya harus yang mengarah positif dan juga berkaitan dnegan pengembangan perusahaan dan diri kita sendiri, misalnya kita ingin lebih mengembangkan diri dibidang apa dan juga ingin mencapai level apa dalam pekerjaan. Tentunya dalam menjawab pertanyaan ini, bisa saja atasan akan mengetahui kekurangan kita, oleh karenanya kita perlu menyampaikannya dengan hati-hati dan tetep dengan optimis dan bahasa yang positif.
yang Keempat adalah masalah Gaji. Sebelum kita maju interview ada baiknya kita bertanya kepada rekan-rekan seprofesi atau sejenis berapa range gaji di pasaran. Atau anda bisa lihat di panduan gaji yang diterbitkan oleh pihak terkait.
Agar lebih mudah, cantumkan gaji yang anda inginkan dalam bentuk range gaji. Ambil titik terendah dan titik tertinggi jumlah gaji yang anda inginkan dan negosiasikan untuk angka diantaranya. Katakanlah dari hasil survey Anda ternyata rentang salary standar yang berlaku untuk job position yang Anda minati adalah antara Rp 3jt-Rp 3,5 jt, berarti ketika Anda menuliskan di formulir job application adalah angka yang berada di rentang tersebut. Dari angka yang Anda tuliskan nanti jangan sampai Anda ''banting harga'' sekali (mengacu pada contoh kasus: Rp3 jt), seakan-akan Anda mengisyaratkan bahwa value Anda rendah, tapi sebaiknya juga jangan mematok angka yang paling tinggi (mengacu pada contoh kasus: Rp 3,5 jt), karena bisa saja company jadi lebih ''melirik'' kandidat yang bersedia mendapat salary yang lebih rendah. Kecuali bila secara kualifikasi Anda memang betul2 di atas rata-rata atau boleh juga tambahkan keterangan di belakang jumlah gaji yang Anda minta: NEGOTIABLE (berarti Anda terbuka untuk menegosiasikan kembali jumlah gaji Anda). Angka yang cukup aman adalah di pertengahan rate salary standarnya, dalam contoh kasus di atas: Rp 3.2 jt, atau Rp 3,3 jt. Good luck!

-- link asli http://t.co/SlNiATS4

Monday, November 7, 2011

6 kesalahan keuangan yang dilakukan orangtua baru

Saat pasangan memutuskan untuk memiliki anak, artinya mereka sudah sadar konsekuensi yang akan didapat terutama dalam hal keuangan. Sayangnya para orangtua baru sering melakukan enam kesalahan keuangan berikut ini. Saat baru memiliki bayi, Anda dan pasangan tentu tengah dilimpahi kebahagiaan. Perhatian Anda dan suami juga seringkali hanya fokus pada kebutuhan utamanya, seperti susu, pakaian, popok dan makanannya. Dengan segala kesibukan dalam mengurus bayi itu, Anda dan suami pun jadi melupakan kalau si kecil juga perlu dipikirkan perencanaan keuangannya. Kenapa perencanaan keuangan ini penting dipikirkan sejak dini, agar masa depan anak nantinya lebih terjamin.

Sayangnya tidak sedikit orangtua yang melakukan kesalahan keuangan saat baru memiliki bayi. Berikut enam kesalahan itu seperti dikutip dari MSN:

1. Tidak Punya Asuransi Jiwa Ketika Anda dan pasangan menjadi orangtua, memiliki asuransi jiwa sangat diperlukan. “Jika salah seorang dari Anda meninggal, Anda harus memastikan kebutuhan yang ditinggalkan tetap bisa terpenuhi,” ujar ahli perencanaan keuangan asal California, Lynn Ballou. Ballou menambahkan meskipun Anda atau pasangan sudah mendapatkan asuransi jiwa dari kantor, hal itu tetap belum cukup. Ia pun menyarankan belilah produk asuransi saat Anda dalam kondisi sehat, jangan menunggu sakit karena akan lebih mahal.

2. Membeli Asuransi Jiwa untuk Bayi Marilyn Capelli, ahli perencanaan keuangan asal Michigan mengatakan membeli asuransi jiwa untuk bayi sebenarnya tidak perlu dilakukan. “Anda membeli asuransi jiwa untuk seseorang hanya jika meninggalnya orang itu membuat kondisi keuangan memburuk,” katanya. Asuransi jiwa untuk bayi perlu dimiliki jika memang anak memiliki kondisi kesehatan yang tidak baik. “Jarang sekali anak sehat akan memiliki masalah kesehatan saat dewasa,” ujar Capelli.

3. Menunda Menabung untuk Kuliah Anak Tidak sedikit orangtua yang mulai menabung untuk biaya kuliah saat anak memasuki usia SMA. Jika hal itu dilakukan, sudah sangat terlambat. “Waktu terbaik untuk memulai adalah saat anak baru lahir,” tutur ahli perencanaan keuangan asal Maryland, Amerika Serikat. Sekarang ini ada berbagai cara untuk mulai mengumpulkan uang yang akan dipakai sebagai biaya kuliah anak. Selain dengan menabung, Anda juga bisa melakukannya dengan berinvestasi. Namun yang perlu diingat, setiap investasi baik itu emas atau reksadana memiliki risiko masing-masing.

4. Melupakan Dana Pensiun Saat Anda dan pasangan menabung untuk biaya kuliah anak, Anda merasa keuangan Anda di masa depan sudah aman. Anda dan suami pun jadi lupa kalau sebenarnya setiap pasangan seharusnya juga memikirkan dana pensiun. “Menabung untuk dana pensiun seharusnya adalah yang pertama dilakukan, dana kuliah di urutan kedua,” jelas Ballou. “Anda, suami dan anak bisa memikirkan cara lain bagaimana bisa tetap sekolah. Akan lebih buruk jika anak Anda malah harus membiayai Anda saat Anda dan suami pensiun,” tambahnya.

5. Boros Dalam Hal Berbelanja Kebutuhan Bayi Semakin tinggi pendapatan, semakin besar juga pengeluaran Anda dan pasangan untuk membesarkan anak. Menurut data dari Department of Agriculture di Amerika Serikat, pada 2003, seorang anak yang lahir di 2003 dengan pendapatan orangtuanya lebih dari US$ 65.400 setahun, pengeluaran untuk membesarkannya butuh uang lebih dari US$ 344 ribu. Uang tersebut hanya cukup untuk si anak sampai berusia 18 tahun. Maryland berpendapat, banyak orangtua berpikir apa yang mereka keluarkan untuk anak semuanya memang penting. Padahal sebenarnya tidak. Faktanya, tidak sedikit orangtua yang mengakui mereka cukup boros di tahun pertama kelahiran dan sebelum si bayi lahir. “Orangtua baru berpikir mereka membutuhkan semuanya, ingin semuanya sempurna, dan tidak memikirkan biayannya,” ujar Maryland. Oleh karena itu sebelum mulai membeli perlengkapan anak, orangtua baru seharusnya membuat rencana pengeluaran. Anda dan pasangan juga jangan malu untuk memakai barang bekas untuk perlengkapan tertentu seperti stroller dan tempat tidur. Yang perlu diingat, perlengkapan yang dibeli tersebut sebagian besar hanya terpakai selama setahun. Untuk baju malah tidak sampai setahun, Anda sudah harus membelinya lagi.

6. Bekerja atau Jadi Ibu Rumah Tangga? Beberapa wanita tidak cukup bijak menjawab pertanyaan ini. Tanpa pertimbangan matang, ada yang memilih berhenti bekerja karena ingin sepenuhnya mengasuh si kecil. Jawaban pertanyaan tersebut sebenarnya mudah saja. Jika pendapatan pasangan cukup untuk memenuhi pengeluaran untuk anak, menjadi ibu rumah tangga tentu pilihan yang baik. Namun sebelum memutuskan, ada beberapa faktor keuangan yang perlu diperhatikan. Salah satu yang penting adalah keuntungan yang didapat dari kantor jika Anda bekerja, seperti biaya kesehatan anak. “Buatlah perbandingan apa saja keuntungan dari Anda bekerja atau tidak. Pikirkan juga bagaimana pengeluaran lainnya bisa terpenuhi,” ujar Downey.

Sumber: http://pandjiharsanto.wordpress.com/2011/09/04/6-kesalahan-keuangan-yang-dilakukan-orangtua-baru/

Sunday, October 30, 2011

Jangan Takut Bermimpi

KETIKA kita masih kanak-kanak, salah satu pertanyaan standar orang dewasa yang harus kita jawab adalah: apa cita-citamu? Ingatkah Anda apa jawaban waktu itu? Apakah kini Anda benar-benar berhasil mencapai cita-cita itu?

Konon tak sampai seperempat orang yang berhasil menggapai cita-cita dan mimpinya. Konon kabarnya pula, hanya seperempat dari mereka yang berhasil menggapai cita-cita semasa kanak-kanak benar-benar merasa puas. Sisanya menyesal karena merasa salah menetapkan cita-cita.

Kegagalan orang menggapai cita-cita atau menikmati cita-cita masa kanak-kanak itu yang acap menyebabkan kita takut bermimpi. Betapa sering kita mendengar ungkapan, ”Jadi orang yang realistis saja!” Salah satu peribahasa favorit kita semasa SD, bagai pungguk merindukan bulan, semakin membuat kita “tahu diri” dan kian takut bermimpi.

Memang, mimpi akan tetap tinggal sebagai mimpi kalau kita tak pernah menetapkan strategi untuk menggapainya. Jika kita mempersiapkan secara rapi dan membuat daftar upaya yang harus kita lakukan untuk merengkuhnya, saat itu pula mimpi menjelma jadi rencana.

Begitu pula dengan mimpi finansial Anda. Sebagai karyawan biasa, mungkin Anda “tahu diri” sehingga tak mau bermimpi menikmati wisata keliling Eropa selama 40 hari bersama istri terkasih. Sebagai pengusaha “kelas teri” mungkin Anda merasa sebagai pungguk merindukan bulan kalau memimpikan status financial freedom. Memang, semua itu hanya mimpi kalau Anda tak kunjung menyusun rencana.

Terserah Anda kalau memang tak ingin berwisata keliling dunia. Suka-suka Anda kalau tak mau berhenti bekerja sebelum masa pensiun tiba. Namun, tak ingin kah Anda menyekolahkan buah hati ke universitas terkemuka di Indonesia bahkan ke Amerika? Tak kepingin kah Anda mengantarkan mereka menggapai mimpi dan cita-cita?

Ayo, segera ubah mimpi-mimpi finansial Anda menjadi rencana. Kalau belum tahu caranya, mari menimba ilmunya dari para pakar yang memang kompeten di bidangnya.

Thursday, October 27, 2011

FAKTOR-FAKTOR UTAMA PENYEBAB PERCERAIAN

Ada baiknya kita2 yg sudah menikah maupun yg hendak menikah tahu fakta ini:


**** FAKTOR-FAKTOR UTAMA PENYEBAB PERCERAIAN ***


1). Perselingkuhan.
Sebagian orang kurang bersyukur dan tidak pernah puas dgn apa yg dia miliki, sehingga suka coba2 atau kena pengaruh negatif teman. Sebagian lagi merasa menyesal/sdh salah pilih lalu cari pelampiasan di WIL/PIL, dan ada pula yg kembali ke cinta lamanya (berhubungan kembali dgn mantan kekasih).

2). Kurang Komunikasi.
Memang ironis di jaman sekarang saat sudah banyak alat komunikasi yg canggih, msh banyak orang yg malah jarang saling berkomunikasi dengan suami/istri sendiri,dan lbh sering berkomunikasi dgn teman2 kantor, rekan2 kerja, boss mereka atau teman2 arisan. Juga jarang berdoa bersama atau beribadah bersama, karena makin sibuk dgn urusan masing2 bahkan di hari libur sekalipun.

3). Ekonomi.
Bisa dialami oleh pasutri2 dari keluarga yg sdh super mapan sekalipun. Aturlah keuangan dengan bijak dan tetap hidup sederhana walau diberkati Tuhan secara finansial, karena harta duniawi sebanyak apapun bisa habis juga. Juga bagi yg hendak menikah, jangan terlalu memaksakan diri mengadakan pesta mewah jika memang belum mampu dan msh banyak kewajiban mencicil sana-sini. Lebih baik menahan gengsi, daripada ekonomi langsung pincang dan menyesal di kemudian hari.

4). Tidak Mau Mengalah.
Pernikahan bukanlah kuis adu kecerdasan untuk mencari siapa yg salah dan siapa yg benar,tapi sarana untuk belajar saling mengerti dan jg mengampuni. Jangan suka menuntut pasangan kita untuk berubah sesuai kehendak kita, jika kita sendiri tidak pernah mau introspeksi diri. Jika sama2 selalu keras kepala, maka bisa berakhir di pengadilan. Saling menerima kekurangan masing2 dengan bijak.

5). Campur Tangan Orang Tua.
Ini masih cukup sering terjadi di Asia, termasuk Indonesia. Sebagian orangtua masih belum bisa menerima kenyataan kalo anaknya sudah menjadi milik orang lain, sehingga tanpa sadar suka intervensi terlalu jauh. Apalagi jika si anak kebetulan belum mandiri secara ekonomi atau msh membantu di perusahaan keluarga ..... orangtua msh merasa sangat berhak ikut mengatur hidup si anak.

6). Perbedaan Prinsip dan Keyakinan.
Memang, ada sebagian kawin campur yg sukses bertahan lama. Tapi lbh banyak yg kandas di tengah jalan, bahkan cuma seumur jagung. Sebetulnya, banyak pasutri yg merasa sangat tertekan jika tidak bisa beribadah bersama atau dipaksa untuk pindah agama, tapi tetap berusaha bertahan hanya demi anak2 mereka.

7). Romantisme Meredup.
Bagi yg sdh lama menikah, wajar sih jika kita kadang merasa bosan,jenuh,capek dsb. Sekali2 pergi berduaan saja ke tempat2 saat pacaran dulu atau berbulan madu yg murah meriah bisa membantu membangkitkan api cinta lg. Jika memang ada duit lebih, bisa juga ikut tour ziarah ke Lourdes atau Holyland.

8). Konflik Peran.
Jujur saja,di Indonesia masih banyak suami yg enggan membantu istri mengurus pekerjaan rumah tangga atau mengurus anak dgn berbagai alasan, terutama bagi yg sudah punya pembantu. Tak ada salahnya belajar dari pasutri2 di luar negeri yg jauh lbh kompak dalam hal ini, karena megurus anak maupun membereskan rumah sebetulnya adalah tugas berdua. Apalagi dalam pernikahan Katolik, kedudukan suami-istri setara di mata Tuhan.

9). Perbedaan Besar Dalam Tujuan Perkawinan.
Hal yg mendasar ini seharusnya dikomunikasikan sejak awal jauh sebelum menikah, tapi kebanyakan anak muda yg sedang dimabuk cinta saat pacaran memang cenderung menutup mata dan menganggap remeh. Padahal tujuan orang menikah berbeda-beda. Ada yg menikah hanya karena malu saja dgn teman2 yg sudah menikah, ada yg menikah hanya karena mau meneruskan keturunan saja, ada yg hanya ingin memperbaiki status sosial saja, ingin bebas saja dari orgtua,dll.

10). Seks.
Walau msh terdengar tabu dan termasuk di urutan akhir, seks terkadang juga bisa menjadi pemicu retaknya rumah tangga. Sekali lagi, komunikasi yg baik antar suami-istri sangat penting. Jika suami/istri kita sedang tidak mood atau kurang fit, jangan memaksanya. Kecuali maaf..... satu2nya tujuan pernikahan anda hanya untuk menikmati seks. Tapi kita manusia kan dikaruniai akal budi dan lebih beradab daripada binatang (semestinya).

(milis MONEYnLOVE)

Bung Hatta dan Sepatu Bally

Satu lagi kisah inspiratif dari pemimpin negeri ini....



Bung Hatta dan Sepatu Bally

Jika ada pemimpin di negeri ini yang masih terus bertanya tentang kenaikan gaji, fasilitas, pelesiran ke luar negeri hingga korupsi, maka mereka harus bercermin dari Proklamator bangsa ini, Bung Hatta. Bung Hatta adalah salah satu sosok tokoh yang patut menjadi contoh dan inspirasi bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama pemimpin bangsa ini.

Selama menjadi Wakil Presiden mendampingin Bung Karno, Bung Hatta sangat memegang nilai-nilai sebagai negarawan. Beliau begitu disiplin, berintegritas, dan jujur. Bung Hatta hidup sangat sederhana dan selalu setia pada kepentingan bangsa.

Salah satu kisah hidup Bung Hatta yang bekerja tanpa pamrih bagi negeri adalah kisah sepatu Bally. Pada tahun 1950-an, Bally adalah merek sepatu bermutu tinggi yang berharga mahal. Bung Hatta, ketika masih menjabat sebagai wakil presiden, berniat membelinya. Beliau kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut. Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai taulan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan. Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi.

Yang sangat mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta. Jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu, sebenarnya sangatlah mudah bagi Bung Hatta untuk memperoleh sepatu Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan Bung Hatta.

Namun, di sinilah letak kenegarawan dan abdi negara seorang Bung Hatta. Dalam keadaan hidup sederhana, Bung Hatta tidak pernah mengeluh kepada masyarakat bahwa beliau hidup miskin, gajinya kecil, gajinya tidak naik-naik. Sama sekali tidak pernah. Dia tidak berpidato meminta belas kasihan untuk menaikan popularitasnya. Dia tidak pernah menggunakan titelnya sebagai Proklamator agar ia mendapat penghasilan yang tinggi. Bung Hatta tidak pernah mengatakan bahwa seharusnya gaji seorang proklamator sekaligus presiden harus tertinggi. Tidak pernah. Ia tidak mau meminta sesuatu untuk kepentingan sendiri dari orang lain. Bung Hatta memilih jalan sukar dan lama, yang ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan orang lain daripada kepentingannya sendiri.

Bung Hatta meninggalkan teladan besar, yaitu sikap mendahulukan orang lain, sikap menahan diri dari meminta hibah, bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau belum mampu, harus berdisiplin dengan tidak berutang atau bergantung pada orang lain. Dan yang pasti, beliau tidak curhat agar dirinya dikasihin sehingga popularitasnya naik. Bung Hatta merupakan sosok tokoh bangsa yang telah memadukan antara kata dan perbuatannya. Bukan hanya sebatas slogan "satu kata, satu perbuatan".

(milis MONEYnLOVE)

Tuesday, October 18, 2011

Cara Berinvestasi Reksa Dana

Berhubung banyak sekali yang bertanya-tanya bagaimana cara membuka atau memulai investasi di Reksa Dana, maka supaya mudah dan gampang menjelaskannya maka saya akan informasikan step-step cara membuka sebuah Rekening Reksa Dana.

1. Tentukan dulu tujuan keuangannya dan berapa target dana yang anda inginkan (ini biasanya tugas seorang Perencana Keuangan) dan harus melalui tahapan “menggali” alias harus ngobrol-ngobrol dulu, jadi tetep ngak bisa instan tanya 1 pertanyaan trus langsung bisa tau butuhnya berapa booosss, harus di cek dulu.

2. Nah, setelah tau tujuan keuangan, tau kira-kira mau invest berapa besar, barulah kemudian kita mulai membuka rekening ReksaDana. Kalau masih belum mengerti apa itu ReksaDana bisa dibuka di posting-postingan saya dibulan May deh, ada sekitar 4 postingan.

3. Jadi ReksaDana ini bisa dibuka langsung ke perusahaan pengelolanya (Manajer Investasi) atau bisa melalui agen penjualnya. Mayoritas dari agen penjual ini adalah Bank tempat anda menabung. Kalau mau tau ReksaDana atau Manajer Investasinya anda bisa mengecek di mbah “google” ketik “Manajer Investasi” atau “ReksaDana”… kayak gini masih harus di ajarin ya? hahaha cara lain bisa dengan melihat di media ekonomi baik surat kabar ataupun majalah ekonomi.

4. Ketika membuka rekening ReksaDana anda akan diminta mengisi beberapa formulir antara lain:

a. Formulir profil resiko, untuk mengetahui seberapa paham anda tentang investasi dan resiko apa yang bisa anda ambil

b. Formulir KYC atau “Know Your Client” yang berisi data tentang anda dan darimana uang anda berasal. Ini formulir standard yang dipersyaratkan oleh Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) untuk mencegah adanya tindak pidana pencucian uang. Di beberapa perusahaan pertanyaan-pertanyaan di formulir ini digabung kedalam formulir pembukaan rekening.

c. Formulir pembukaan rekening, formulir ini mirip seperti ketika anda membuka rekening tabungan. Apabila anda membeli ReksaDana melalui Bank diharuskan membuka rekening dulu di Bank tersebut. Jadi anda membuka 2 rekening yaitu rekening ReksaDana dan rekening tabungan.

d. Formulir pembelian reksadana. Karena ReksaDana ini adalah produk investasi dan harus dibeli maka setiap anda ingin melakukan investasi anda harus melakukan pembelian Unit. Harga per unit yang anda beli dapat dilihat dalam Nilai Aktiva Bersih (NAB). Jadi kalau harga NAB nya 1.000 (biasa dimulai diharga seribu) terus anda invest 1juta jadi anda akan punya 1,000,000/1,000 = 1,000 unit. Unit yang anda miliki akan bertambah kalau anda invest lagi. Nah cara ngitung keuntungan dari investasi anda adalah jumlah dari unit terakhir x NAB terakhir.

5. Siapkan foto copy KTP sebagai identifikasi.

6. Siapkan uangnya ya booss, biasanya akan ditransfer. Apabila anda membuka rekening ReksaDana di perusahaan Manajer Invesasi (langsung) maka biasanya anda diminta untuk men-transfer dana investasi anda ke rekening atas nama ReksaDana nya (inggaaatt BUKAN rekening atas nama Manajer Investasi nya) di Bank Kustodian. Biasanya rekening ini sesuai seperti yang tercantum didalam PROSPEKTUS. Bagi anda yang membuka rekening ReksaDana investasi ini di Bank, maka terkadang Bank nya membuka rekening “penampungan” di Bank mereka.

7. Bukti kepemilikan yang anda peroleh dari Manajer Investasi berupa Surat Konfirmasi kepemilikan. Simpan baik-baik bukti ini apabila anda butuhkan untuk mencairkan dana anda. Anda akan menerima Surat Konfirmasi terbaru setiap anda menambah investasi anda. Beberapa ReksaDana akan mengirimkan laporan rekening bulanan ke anda, atau apabila anda berinvestasi melalui Bank, maka bank tersebut yang akan mengirimkan laporan kepada anda. Beberapa Manajer Investasi tidak mengirimkan laporan bulanan akan tetapi mengirimkan laporan tahunan.

Soooooooooooooooooo…. dah ngerti kaaaann??? Happy Investingggg…

Sunday, October 16, 2011

Apa Yang Harus Diketahui Ketika Merencanakan Keuangan Anda

Masyarakat khususnya di kota-kota besar sudah mulai belajar tentang apa itu investasi dan bagaimana cara melakukan investasi melalui media ataupun seminar-seminar yang sering diadakan. Sayangnya banyak hal yang sangat basic yang belum atau terlupakan dilakukan sebelum anda berinvestasi. Ada dua hal yang harus di cross check sebelum melakukan investasi tersebut.

1. Adakah hutang kartu kredit? apabila ada, sudah lunaskah hutang tersebut?

Hutang kartu kredit harus dilunasi terlebih dahulu sebelum melakukan perencana keuangan agar kenaikan bunga kredit yang tinggi seiring berjalannya waktu tidak akan membebani ibu lagi.

2. Sudahkah anda memiliki dana darurat?

Dana darurat penting untuk dimiliki sebelum berinvestasi. Dana darurat adalah suatu dana yang telah dialokasikan secara terpisah untuk memenuhi kebutuhan darurat seperti biaya karena sakit, PHK, biaya pernikahan (kurang dari satu tahun), kecelakaan dan lain – lain. Besarnya dana darurat tergantung berapa jumlah keluarga yang ditanggung. Untuk keluarga yang memiliki 2 orang anak, dana darurat yang harus dipersiapkan adalah 6 – 9 bulan penghasilan dan untuk 3- 4 orang tanggungan menyiapkan 9 – 12 bulan penghasilan.

Setelah anda cross check dua hal tersebut, maka kita akan dapat segera mengatur keuangan sesuai dengan tujuan – tujuan tertentu. Saya akan memberikan contoh – contoh tujuan keuangan yang mayoritas dari anda akan utamakan

Asuransi

Anda mungkin sudah memiliki asuransi, baik itu disediakan dari kantor atau anda membeli sendiri. Walaupun begitu kebanyakan orang yang membeli asuransi sendiri salah memilih asuransi yang tepat dikarenakan ketidakpahaman mereka tentang fungsi original asuransi dan banyak juga yang membeli dikarenakan ingin membantu saudara atau teman yang bekerja sebagai agent. Sedangkan asuransi yang disediakan oleh kantor apabila ditinjau ulang, mungkin tidak dapat mencukupi kebutuhan yang diperlukan.

Asuransi yang penting untuk dimiliki adalah asuransi jiwa. Penting karena asuransi ini yang akan menggantikan biaya hidup apabila tulang punggung keluarga meninggal biaya dan biaya tersebut dapat juga menutupi hingga anak-anak lulus kuliah. Asuransi ini dapat juga diberikan asuransi tambahan seperti asuransi rawat inap.

Dana Pendidikan Anak

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang harus direncakan dari sekarang. Kita sadar bahwa dana pendidikan anak akan naik setiap tahunnya, yang mana kenaikan itu bisa sama besarnya dengan inflasi atau malah lebih. Oleh karena itu anda harus mulai untuk menyisihkan dana agar investasi bulanannya lebih kecil. Anda juga harus memikirkan apakah anak anda akan disekolahkan di dalam atau di luar negri.

Dengan menggunakan tabungan yang bunganya sekitar 2 – 3% pertahun tentunya tidak akan mencukupi untuk biaya pendidikan anak sampai selesai karena bunganya lebih rendah dari tingkat inflasi. Cara lain yang biasa digunakan adalah dengan membeli asuransi dana pendidikan, tetapi asuransi jenis ini juga memiliki beberapa kekurangan seperti tidak fleksibel dan return yang didapat jatuhnya sama seperti tabungan. Lebih bermasalah lagi apabila suami di PHK sehingga tidak mampu lagi membayar uang premi bulanan, maka asuransi pendidikan itu akan gugur. Cara yang tepat adalah memasukan dana investasi anak tersebut ke produk berbasis pasar modal yang dapat memberikan potensi hasil diatas 20% (seperti pada produk reksadana). Dengan jangka waktu yang panjang maka resiko menaruh dana di pasar modal bukan menjadi masalah karena trend investasi ini selalu naik.

Dana Pensiun

Dana pensiun biasanya disediakan oleh perusahaan swasta tempat anda bekerja yang kebanyakan berasal dari pemotongan gaji para pegawai. Banyak para pegawai tidak menelusuri lebih lanjut kemana dana pensiun itu diinvestasikan dan tidak banyak juga yang melakukan penghitungan secara detail berapa banyak dana yang dibutuhkan untuk masa pensiun. Jangan mengharapkan terlalu banyak dari tunjangan dana pensiun, buatlah sendiri dana pensiun tambahan dari sekarang untuk menikmati masa tua yang terjamin.

Pertimbangkan keinginan – keinginan anda semasa pensiun nanti, apakah anda ingin menyalurkan hobi yang tidak terlaksana selama masih bekerja atau anda ingin mendapatkan perawatan terbaik apabila anda sakit atau apakah anda ingin memberikan sesuatu kepada cucu-cucu anda nantinya.

Persiapkan dan aturlah keuangan anda dari sekarang. Apabila anda terlalu sibuk atau masih merasa sukar untuk mengelola keuangan sendiri, anda dapat menggunakan jasa Financial Planner yang berpengalaman dan bersertifikat international untuk membantu anda.

sumber: www.aidilakbar.com

Thursday, August 18, 2011

DANA DARURAT

Selamat pagi temans,

Dalam film “The Company Men” dengan Ben Affleck dan Tommy Lee Jones yang menjadi pemainnya, dikisahkan seorang eksekutif yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun di satu Perusahaan cukup besar, tiba-tiba harus kehilangan pekerjaannya karena unit kerjanya terkena penutupan dengan alasan rasionalisasi Perusahaan. Dengan gaya hidup yang berjalan, adanya hutang cicilan rumah, hutang cicilan 2 mobil sportnya, 2 anak yang masih sekolah, si eksekutif dibantu istrinya berusaha kembali mengatur keuangan keluarga mereka. Beruntung si eksekutif masih menerima pesangon akibat PHK itu sehingga masih bisa bertahan hidup selama beberapa bulan.

Bagaimana dengan Anda apabila mengalami hal ini? Terkena PHK atau tiba-tiba Perusahaan tutup. Apakah Anda sudah siap menghadapinya? Mungkin Anda berpikir, ah nanti kan ada pesangon yang berkali lipat jumlahnya dari gaji saya, cukuplah untuk beberapa bulan. Loh, itu kalau ada. Bagaimana kalau tidak ada karena Perusahaan bangkrut? Di sinilah gunanya memiliki Dana Darurat.

Apakah dana darurat itu? Dana darurat adalah sejumlah dana yang khusus disisihkan untuk menghadapi kondisi yang darurat, misalnya terkena PHK atau tiba-tiba ada keluarga yang masuk Rumah Sakit dan butuh dana tunai, dan lain sebagainya yang bersifat darurat. Saya punya pengalaman mengalami PHK dari perusahaan tempat saya bekerja. Bersyukur karena saya sudah memiliki dana darurat ini, selama 2 bulan keluarga saya masih tetap dapat dibiayai tanpa perlu meminjam ke sana ke mari. Setelah saya mendapatkan pekerjaan kembali, dana darurat yang terpakai saya isi ulang (kaya pulsa saja). Saya sarankan, jangan gunakan kartu kredit untuk membiayai biaya hidup Anda selama menghadapi kondisi darurat ini karena Anda dapat terbelit dengan masalah lain yang lebih berat. Gunakan kartu kredit hanya sebagai pengganti uang tunai sementara, misalnya untuk pembayaran Rumah Sakit, tetapi dengan catatan Anda sudah punya sejumlah dana (yang digesek melalui kartu kredit tersebut) pada rekening di Bank.

Mungkin ada yang berpikir dan beralasan, wah untuk makan saja sudah susah, apalagi ini untuk menabung suatu dana darurat. Menurut saya, golongan pekerja kantoran sekarang dapat dipastikan Anda masih bisa beli rokok, kalau Anda merokok, masih bisa jalan-jalan ke mall, dan pengeluaran lainnya yang sebenarnya bukan kebutuhan mendasar. Anda dapat mengurangi pengeluaran itu dan mulai menyisihkan untuk dana ini.

Ada juga yang berpikir: “Ah kondisi darurat juga jauh dari saya”. Yang namanya darurat tidak dapat diprediksi kapan datangnya dan berapa lama akan terjadi, sehingga seperti pepatah berkata kita harus “Sedia payung sebelum hujan”. Jadi siapkan dana yang cukup untuk menghadapi kondisi yang tidak terduga ini. Yang penting adalah menyisihkan sebagian dari penghasilan Anda secara konsisten mulai sekarang dan menyimpannya untuk sesuatu kondisi sangat darurat.

Ok, kalau begitu, berapa dana yang cukup untuk dana darurat ini?

Umumnya sebesar 3 – 12 bulan dari biaya hidup Anda, termasuk premi asuransi dan cicilan hutang. Besarnya jumlah ini akan tergantung dari status Anda apakah lajang atau berkeluarga. Juga tergantung dari tetap atau tidak tetapnya jumlah penghasilan yang diterima Anda. Makin tidak tetap jumlah penghasilan yang Anda terima setiap bulannya, misalnya Anda seorang artis atau pengusaha, maka makin besar jumlah dana yang harus Anda persiapkan untuk kondisi darurat.

Nah apabila Anda belum memiliki dana darurat, segera siapkan. Bagaimana caranya?

Pertama, tentukan jumlah dana darurat yang harus disediakan. Dana darurat ini tidak harus harus tersedia dalam satu hari. Rencanakan target waktunya, biasanya dengan minimal menyisihkan 10% dari penghasilan Anda sampai mencapai target jumlah. Contoh, dengan biaya hidup per bulan Rp 5 juta, status kawin dengan 1 anak, dana darurat yang dibutuhkan sekitar 6 bulan, sehingga diperlukan dana Rp 30 juta. Dengan penghasilan yang diterima rata-rata per bulan Rp 10 juta maka sebesar Rp 1 juta minimal harus disisihkan untuk ditabung menjadi dana darurat yang akan berjalan selama 30 bulan.

Apabila Anda menerima bonus dari perusahaan, sebagian dari bonus tersebut bisa ditambahkan sehingga dana lebih cepat terbentuk. Langsung bayar pada saat gaji diterima, jangan ditunda-tunda. Bisa Anda gunakan fasilitas auto debit pindah rekening. Sekali lagi yang penting disini adalah kedisiplinan Anda dalam melakukan hal ini.

Satu tips dari saya, perlakukan dan jadikan dana darurat ini seperti “Tagihan” yang harus Anda bayar, dimana kalau tidak dibayar akan terjadi masalah, sehingga Anda akan termotivasi melakukan “pembayaran tagihan” atas dana darurat ini.
Sekarang, dimana harus disimpan dana darurat ini?

Sebaiknya tabungan tersebut dimasukkan dalam yang tabungan yang terpisah dari rekening Bank (tabungan) untuk keperluan sehari-hari. Apabila sudah terkumpul kira-kira 3 bulan biaya hidup Anda, sejumlah 1 bulan biaya hidup tersebut dapat Anda pindahkan menjadi deposito berjangka. Atau kalau cukup, dibelikan logam mulia. Demikian seterusnya, sehingga komposisi ideal dari penyimpanan dana darurat ini 20% dana likuid tabungan, 30% dalam deposito dan 50% dalam logam mulia.

Komposisi 20, 30 dan 50 ini memang bukan suatu yang kaku (boleh flexible tergantung kenyamanan masing-masing). Tapi kalau menurut saya, komposisi ini supaya paling tidak kita punya dana yang benar-benar likuid (walaupun sedikit ya) sbg dana cadangan darurat kalau kita butuh kas mendadal yang agak besar di waktu yang agak sulit mencairkan macam2x dulu. Makanya komposisinya ngga terlalu gede untuk tabungan, Lapisan kedua yaitu deposito supaya ngga terlalu repot untuk mencairkan dibandingkan emas tapi tetep dapat bunga. Nah emas kan sayang nih kalau sampai dijual, makanya menjadi benteng terakhir, dimana diharapkan mudah2an ngga sampai dijual waktu terjadi kondisi darurat (harganya naik terus, mendingan disimpen terakhir tul ngga?)

Pasti pertama-tama akan sulit untuk melakukan penyisihan penghasilan ini. Tapi dengan disiplin dan kemauan, pasti lama-lama akan mudah. Saya percaya Dana darurat sebagai hal penting dalam perjalanan hidup Anda dan keluarga, pasti dengan mudah tercapai.

Saat situasi kritis keuangan yang mungkin datang di masa depan, Anda akan dengan tenang menghadapinya karena sumber keuangannya sudah Anda miliki melalui pengorbanan yang sudah Anda buat sekarang.

*dari milis financial freedom*